Ini kisahku, 29 Juli 2019
Aku mencintai hitam.
Agaknya siapa yang datang hanya akan kelam.
Anganku menjulang, rasaku terpendam.
Aneh, bagai pohon tumbuh namun tak pernah tertanam.
Berseberangan adalah salah satu hukum alam.
Begitu pula dengan persatuan.
Beriringan adalah takdirku dan kamu tuk bahagia.
Bertemu adalah teka-teki yang tak pernah terpecahkan, megapa?
Bagiku, adamu adalah suatu adegan yang ambigu, cerah kadang kelam.
Bagaikan, buah bacang berbiji badam.
Cerita aku awali dari pertanyaan.
Cipta sebuah sunyi darimana berasal?
Cakapmu dari keheningan.
Cintakah sumber penderitaan?
Dan semestinya semesta ada
Disetiap pertanyaan harusnya kau hadir
Dalam renungan ruangnya cukup nyata
Dari endapan kesunyian akan tumbuh isyarat takdir
Entah siapa yang memulai
Elang pun harus terbang untuk mencari makan
Enak saja kau tuduh aku seorang pengintai.
Enggan bicara, musnahlah asa.
Faktor utama dari adanya hujan adalah makhluk hidup
Falsafah alam akan terus terang takkan redup
Fantasi boleh
Fanatik jangan
Gabungan antara air dan minyak adalah mustahil
Gaduh akan senantiasa ada
Gagasan demi gagasan berakhir nihil.
Gagak akan selamanya Gagak, tak mungkin jadi kuda nil.
Hawa oh Hawa, mengapa kau tercipta.
Hasil dari dirimu hanyalah pengasingan.
Hakikat cinta adalah adamu dalam khayalan atau kenyataan.
Hening, itulah nama lain darimu yang berhasil aku dapatkan.
Inikah dogma yang utuh?
Indah tercipta tanpa tersentuh.
Izinkan kami para pengembara tidur nyenyak.
Intrik dunia kadang buat kami tersentak.
Jika suatu saat aku mati.
Jelaslah sudah pindah kesunyian abadi.
Jemari kehilangan keahlian.
Jam berdetak jantung berhenti.
Kalau sudah demikian mau bilang apa?
Kekasih hilang, muncul kekasih baru.
Karena keabadian adalah kunci.
Kisah rahasia semesta dalam sunyi dan kelabu.
Lelaki hanyalah lelaki.
Lain nama lain jiwa.
Lalai, sudah hilanglah semua.
Lullaby lagu sederhana pengantar tidur kekasih.
Mencintaimu adalah takdirku.
Memilihmu adalah nasibku.
Membencimu adalah pilihanku.
Melihatmu adalah keinginan Tuhanku.
Oh tak kusangka.
Odinometer tak memiliki skala nyeri hati.
Obsesif adalah buah dari berharap.
Odontoblas lebih tipis dari kenangmu.
Pinta pikiran adalah cahaya.
Petaka datang pertanda kegelapan.
Petir hadir sontak terang.
Petani rugi hangus menjelang.
Quantum?
Quantitative analisys sangatlah salah untuk cinta
Quamoclit pennata indah sepertimu
Queen dari kesedihan cinta semu.
Romansa hidup terbengkalai.
Rimba tempat menyimpan pusaka kini pudar.
Rias raut wajah semakin samar.
Rambut gundul, rindu airmata.
Sepandai tupai melompat akan jatuh juga.
Sebesar apa rasa cintamu akan sakit juga.
Seperti angin kentut, melegakan namun juga tak nyaman.
Sial, sial, sial, bau mengangangu setiap anyaman.
Teruskanlah berjalan walau sendiri.
Tetapi ingatlah kelak kau akan kembali
Tengok orang-orang terdekatmu yang sudah pergi
Telah hilang di Buni, namun Abadi.
Usaha menyembunyikan semangka kedalam kurma
Untuk menghilangkan curiga
Uang hilang, nyawa melayang.
Usaku bertambah, masa hidupku berkurang.
Variasi masalah kian bertambah
Vaksin sulit diciptakan
Variabel kehidupan bermacam-macam
Vampir haus, minum jus
Waktu itu ingin kau akhiri
Warisan sudah kau bagi
Wanita memang suka menang.
Walau menangis adalah senjata yang kerap datang.
Xilosa terasa manis
Xelofil mampu bertahan dalam keringnya perasaan
Xilena adalah namamu, baumu sedap dan menjernihkan
Xilografi adalah jalan untuk mematenkan wujudmu
Yang lahir telah datang
Yang mati telah pergi
Yang mencinta bahagia
Yang bahagia kadang merana
Zat yang Maha Agung adalah akhir dari semua
Zahid kau begitu beruntung sudah memilikinya
Zat yang Maha Agung adalah akhir dari semua
Zat itu adalah Allah, Sang Kekasih.
Aku mencintai hitam.
Agaknya siapa yang datang hanya akan kelam.
Anganku menjulang, rasaku terpendam.
Aneh, bagai pohon tumbuh namun tak pernah tertanam.
Berseberangan adalah salah satu hukum alam.
Begitu pula dengan persatuan.
Beriringan adalah takdirku dan kamu tuk bahagia.
Bertemu adalah teka-teki yang tak pernah terpecahkan, megapa?
Bagiku, adamu adalah suatu adegan yang ambigu, cerah kadang kelam.
Bagaikan, buah bacang berbiji badam.
Cerita aku awali dari pertanyaan.
Cipta sebuah sunyi darimana berasal?
Cakapmu dari keheningan.
Cintakah sumber penderitaan?
Dan semestinya semesta ada
Disetiap pertanyaan harusnya kau hadir
Dalam renungan ruangnya cukup nyata
Dari endapan kesunyian akan tumbuh isyarat takdir
Entah siapa yang memulai
Elang pun harus terbang untuk mencari makan
Enak saja kau tuduh aku seorang pengintai.
Enggan bicara, musnahlah asa.
Faktor utama dari adanya hujan adalah makhluk hidup
Falsafah alam akan terus terang takkan redup
Fantasi boleh
Fanatik jangan
Gabungan antara air dan minyak adalah mustahil
Gaduh akan senantiasa ada
Gagasan demi gagasan berakhir nihil.
Gagak akan selamanya Gagak, tak mungkin jadi kuda nil.
Hawa oh Hawa, mengapa kau tercipta.
Hasil dari dirimu hanyalah pengasingan.
Hakikat cinta adalah adamu dalam khayalan atau kenyataan.
Hening, itulah nama lain darimu yang berhasil aku dapatkan.
Inikah dogma yang utuh?
Indah tercipta tanpa tersentuh.
Izinkan kami para pengembara tidur nyenyak.
Intrik dunia kadang buat kami tersentak.
Jika suatu saat aku mati.
Jelaslah sudah pindah kesunyian abadi.
Jemari kehilangan keahlian.
Jam berdetak jantung berhenti.
Kalau sudah demikian mau bilang apa?
Kekasih hilang, muncul kekasih baru.
Karena keabadian adalah kunci.
Kisah rahasia semesta dalam sunyi dan kelabu.
Lelaki hanyalah lelaki.
Lain nama lain jiwa.
Lalai, sudah hilanglah semua.
Lullaby lagu sederhana pengantar tidur kekasih.
Mencintaimu adalah takdirku.
Memilihmu adalah nasibku.
Membencimu adalah pilihanku.
Melihatmu adalah keinginan Tuhanku.
Oh tak kusangka.
Odinometer tak memiliki skala nyeri hati.
Obsesif adalah buah dari berharap.
Odontoblas lebih tipis dari kenangmu.
Pinta pikiran adalah cahaya.
Petaka datang pertanda kegelapan.
Petir hadir sontak terang.
Petani rugi hangus menjelang.
Quantum?
Quantitative analisys sangatlah salah untuk cinta
Quamoclit pennata indah sepertimu
Queen dari kesedihan cinta semu.
Romansa hidup terbengkalai.
Rimba tempat menyimpan pusaka kini pudar.
Rias raut wajah semakin samar.
Rambut gundul, rindu airmata.
Sepandai tupai melompat akan jatuh juga.
Sebesar apa rasa cintamu akan sakit juga.
Seperti angin kentut, melegakan namun juga tak nyaman.
Sial, sial, sial, bau mengangangu setiap anyaman.
Teruskanlah berjalan walau sendiri.
Tetapi ingatlah kelak kau akan kembali
Tengok orang-orang terdekatmu yang sudah pergi
Telah hilang di Buni, namun Abadi.
Usaha menyembunyikan semangka kedalam kurma
Untuk menghilangkan curiga
Uang hilang, nyawa melayang.
Usaku bertambah, masa hidupku berkurang.
Variasi masalah kian bertambah
Vaksin sulit diciptakan
Variabel kehidupan bermacam-macam
Vampir haus, minum jus
Waktu itu ingin kau akhiri
Warisan sudah kau bagi
Wanita memang suka menang.
Walau menangis adalah senjata yang kerap datang.
Xilosa terasa manis
Xelofil mampu bertahan dalam keringnya perasaan
Xilena adalah namamu, baumu sedap dan menjernihkan
Xilografi adalah jalan untuk mematenkan wujudmu
Yang lahir telah datang
Yang mati telah pergi
Yang mencinta bahagia
Yang bahagia kadang merana
Zat yang Maha Agung adalah akhir dari semua
Zahid kau begitu beruntung sudah memilikinya
Zat yang Maha Agung adalah akhir dari semua
Zat itu adalah Allah, Sang Kekasih.
Komentar
Posting Komentar