Tak semua makhluk hidup mau mendengarkan ceritaku, ruwet. selama mereka masih gemar membeli mie instan, selama itu mereka tak akan mau mendengar. Sial nasibku, untuk mendengar saja mereka tak mau apalagi mengerti. Mohon maaf Seroja, Suratku yang kelima ini aku agak kesal untuk menulisnya. hmm. kemarin aku mencari penjual sate di samping Fortin de la Galera. Didekat pantai Venezuela itu tak kulihat sedikitpun penjual makanan, perutku mendesak untuk segera makan atau kalau tidak mereka akan melakukan kongres untuk menggantikan hak kepemimpinan atas tubuhku. namun bagaimana? nasib berkata lain. Tak ada sedikitpun penjual makanan disana. Perut lapar, namun masih belum kau balas surat-suratku. sudah cukup. Wakil-wakil yang kayaknya sudah dikirm Tuhan untuk menjawab pertanyaannku nampaknya mereka sudah menyerah. Aku rasa hanya kamu yang mampu menjawabnya. karena pertanyaanku tak berisi kata apapun. mereka kebingungan, "Apa yang harus aku jawab" kata seorang utusan. bagi
Memupuk kecurigaan bahwa jangan-jangan firman Tuhan itu salah satunya berada di hembusan angin, hujan lebat, kicau burung, suara penjual jamu gendong, tangisan bayi, dsb. hmm mari ikuti tulisanku. kita menyelam bersama.