Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Surat #1

Hiuh hiuh,    Pagi ini begitu dingin. Suhu mencapai 17 derajat celcius, dingin sampai aku takut mandi. Jangankan mandi membasuh muka saja aku tak mampu di pagi sedingin ini. Entah karena saat ini musim dingin atau karena Matahari lagi ngambek, atau malu-malu kucing setelah kejadian di Bus itu sehingga ia sepanjang hari berselimut mendung, hiuh hiuh hiuh.        Ngomong-ngomong suasana ini mengantarkanku padamu, yang dulu pernah meminjamkanku bajumu saat kehujanan bareng, warnanya abu-abu dengan celana olahraga coklat. Btw itu pengalaman pertamaku masuk kamar perempuan. Hiuh hiuh hiuh. Bagaimana kabarmu Seroja? Apa kau bahagia?. Kemarin temanku Nur dan Ani datang ke rumahku dan mereka terkejut "Koro apa pantas lelaki sepertimu tinggal di tempat seperti ini?" Tanya Ani. Nampaknya ia kasihan melihatku tidur hanya beralas kardus. Aku hanya tersenyum Seroja. Dalam hati ku jawab "Memang apa tempat yang pantas untuk lelaki yang pernah mengecewakan wanitanya?". Belum

Siapa Tuhan itu? "Aku tak tahu"

Kisah hari ini, jika suka sila dibaca, jika tidak ya hiraukan saja.        Tanpa saya duga, salah satu teman saya bertanya. "Sob, siapa Tuhan itu?", sejenak saya merenung dan bertanya dalam diri siapa Tuhan itu. Lalu saya jawab "Saya tidak tahu". Terus dia bertanya lagi "Lha, terus yang kamu sembah itu siapa?". Saya jawab "saya menyembah Zat yang dalam Islam kita panggil Allah, dan dalam ajaran lain mungkin mereka menyebutnya dengan nama lain". Dia terlihat semakin bingung dan bertanya "Apa maksudmu Zat itu?", "iya, suatu Zat yang mengatur segalanya, sadar atau tidak Zat itu dimana-mana" jawabku. "jadi Zat itu kau sebut Tuhan?" tambahnya. dan aku berkata "iya".        Lalu aku jelaskan "Maaf, jika penjelasannku membingungkan. Karena aku tak tahu bagaimana mendefinisikan Tuhan itu seperti apa, maka dari itu kami umat Islam tak memiliki gambar atau bentuk dan simbol apapun yang merepres

Golek ( Mencari )

ingin ku beri kau bunga seperti mereka pada apa yang mereka cintai namun, seraya tersenyum kau berbisik dengan lembut dan berkata "tak usah, semua bunga itu dari ku dan untuk mu" ingin ku beri kau wewangian namun sekali lagi kau berbisik "tak usah, itu juga untukmu. untuk membuatmu tetap wangi dan bukan untuk ku" lalu ingin ku gambarkan dirimu namu kau hanya tersenyum dan menatapku dalam seraya berkata "tak usah, kau tak akan sanggup menggambarkanku" lantas, apa yang harus aku berikan sebagai tanda cintaku? kali ini kau tak mengucapkan sepatah kata pun kemudian kau menoleh kepadaku seraya terseyum dan pergi kau biarkan aku sendiri dengan pertanyaanku detik demi detik aku merenung, apa yang akan ku berikan kepadamu. namun tak jua kutemukan jawabannya. lalu aku coba berpikir. masak ku beri ia bunga wong ia sudah sangat indah masak aku beri ia wewangian wong yang busuk itu aku lalu, dengan cara apa aku menggambarkannya? bagaimana ak

Selamat Datang, Kekasih

Akhirnya kau temukan tumpukan kata-kata, Kata-kata dari sang perenung senja dan pahit kopi. Naik turun gunung hingga kata tercipta. Luka itu biasa katanya. Bahagia itu biasa saja. ya.. biasa saja kekasih. kata-katanya tersusun jadul dalam puisi. karena yang up to date adalah mengenangmu. hmm, jangan tanyakan tentang social justice kepada orang yang jatuh cinta. tak ada yang bisa diharapkan dari keadilan ketika mulai mencintai. sebenarnya, aku ingin bertanya "Bagaimana kau bisa temukan kata-kataku?" padahal sudah kusimpan rapat dan sisanya yang tak terbendung sudah ku bakar kemudian abunya kupendam 1/4nya lagi kuhamburkan ke laut. Tapi baiklah, kuhargai usahamu untuk menemukan kunci kotak tempatku menyembunyikan kata-kataku, selamat telah berhasil menyatukan file dari abu yang sudah ter-enskripsi. Sudahlah tak penting itu. nikmatilah kata-kataku saat ini. karena hari esok atau satu jam yang akan datang maknanya akan berubah. ini bukan ajaib, tapi kata-kata

Selembar Kertas di Perantauan

Dalam perjalananku di perantauan Aku berjumpa dengan warna biru kehijauan, merah kekuningan, kuning kebiruan. Semua tak ada yang pasti tak seperti apa kata Guru ku dulu. Sempat aku percaya jika warna pelangi adalah:          Merah          Jingga          Kuning          Hijau          Biru          Nila          Ungu Namun dalam perjalananku di perantauan Aku sedikit ragu tentang teori itu. Kebanyakan orang percaya bahwa pelangi adalah simbol keceriaan. Simbol kebahagiaan. Simbol dari segala sesuatu yang indah-indah. Dalam perjalananku di perantauan Kujumpai pelangi dengan campuran warna coklat, bercak putih dan beberapa garis hitam.

Ke Lela War

Malam malam buta Ku amati kelelawar terbang sunyi tanpa suara Senyap... Tak berisik sedikitpun Tak pernah ku rasa se sunyi ini Kelelawar hitam pekat Lapar.. Ia bertanya "Adakah sisa hati kemarin tuan?" "Aku lapar" "Aku kesepian" Tak ada yang sanggup menjawab pertanyaan kelelawar. Kelelawar mulai sadar "Bahwa mencintai malam berarti mencintai kesunyian. tanpa bising mengganggu kedekatan kita dengan Tuhan"

Lagu Satu

Tersindir irama hampa datang dan pergi lantunan nada kasih, menemuimu adalah takdirku mengenangmu adalah nasibku dalam sunyi aku selalu sendiri sendiri dan hanya sepi kasih, indah bagiku adalah mimpi buruk adalah imajinasi tak mengerti hingga aku terdampar lautan api, garam, gula apapun itu aku tak tahu kasih, hati ini bergetar dihantam lagi, geram, pasrah dan gemetar memang kodrat mata adalah untuk melihat apapun yang harus dilihat ataupun tak harus dilihat kasih, takdirku adalah menemuimu melihat masa lalumu adalah nasibku kasih, terataiku... aku ini lelaki tak mungkin aku meneteskan airmata tenang saja. heuheuheu namun kasih, biarpun aku lelaki aku juga feminim ketika cemburu. heuheuheu kasih terataiku... bolehkah... ku cintaimu? heuheuheu