Langsung ke konten utama

Surat #6


Telah sampai bingkisan biru yang sudah kunanti-nanti semenjak perjumpaan kita di hutan Purwodadi. Saat aku berburu Babi ditengah hutan, kamu datang menghampiri perkemahanku dengan membawa makanan kesukaanku yaitu nasi goreng. Seroja, masihkah kau ingat bahwa sandalmu pernah jebol disaat berjalan menemuiku? hiuh hiuh hiuh, ini adalah momen pertama perempuan selain ibu yang memperdulikanku. Saat aku sedang makan, kau berjanji untuk memberikan bingkisan yang paling aku idam-idamkan dan akan kau bungkus dengan warna biru suatu saat nanti, lalu aku bertanya "Apa itu Seroja?". Kau tak menjawab namun hanya tersenyum. hmm Oh... Serojaku sungguh makhluk misterius.

Tujuanku menulis surat yang ke-6 ini adalah sebagai ucapan terimakasih atas surat balasan yang sudah kau kirimkan beserta bingkisan itu untukku. Aku kira itu ulah Nur yang sengaja nggudo, karena paketmu itu dikirim oleh Pak Ben yang kini menjadi kurir online selain kerja utamanya sebagai tukang sate. Dulu Nur juga sering menggodaku melalui Pak Ben, Nur menyuruh Pak Ben untuk mengirimkan sate kepadaku dan disuruh untuk bilang kalau sate ini dari Seroja. Hal itu dilakukan Nur karena khawatir kalau aku mati kelaparan karena bertapa gua Tham Luang, Thailand. Nur tahu sekenyang-kenyang apapun kalau Seroja yang memberikan makanan akan aku makan, apalagi saat lapar. hiuh hiuh hiuh.

Dalam isi suratmu aku bisa membaca kesedihanmu, namun kau mencoba untuk menyembunyikan serapat-rapat mungkin agar aku tak mencium baunya. Seroja, aku dan kamu bukan tentang dimana kita berada. Kau adalah oksigen dan aku adalah karbon dioksida. kau lebih dibutuhkan manusia, sedangkan aku lebih dibutuhkan tumbuhan. Kadang kau adalah rahmat sedangkan aku bencana. Sial, kita selalu berseberangan. Namun jika nasib berkata demikian tak apa, yang ku tahu takdirku adalah mencintaimu. Kuatlah atas kepedihan ini seroja, Tuhan Maha asyik. Kita akan bertemu tepat ditengah-tengah taman Sriwedari suatu saat nanti. Jika tidak sekarang karena tanam itu segera ditutup. Aku yakin suatu saat nanti akan aku bangun tamanku dan kunamai Taman Sriwedari. Aku rela membangun tamanku untuk menunggumu. Tolong jangan terlambat.

Seroja, jika kau selalu malu-malu untuk membalas pesan-pesanku tak apa, mudah-mudahan kau mengerti maksudku. Surat ke-6 ku ini agak terlambat kukirim. Pagi-pagi saat aku ngopi burung merpati datang dengan membawa pesan dipunggungnya. lantas aku baca. pesan itu mengatakan kalau kau baru saja mendapatkan tiket pentas orkestra dari Cleveland Orchestra, Selamat. tapi aku bingung surat ini dari siapa? kalau darimu mengapa tulisannya tak seperti tulisannmu biasanya.

Seroja, jangan kau sembunyikan semuanya dariku. aku tahu kalau kau baru saja sedih yang sangat mendalam. kesedihanmu lebih dalam dari Palung Mariana. Maafkan aku yang ta bisa ngapa-ngapain selain membersihkan kutu di kasurku. tapi satu hal yang musti kau ingat. aku selalu menantikan surat-suratmu. mudah-mudahan belum berakhir.

Sampai jumpa malam dan sepiku, sampai jumpa Seroja.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PALESTINA

Pernah suatu hari Aku berharap pada lisan Lelah kaki karena berjalan Entah kapan ini berakhir Semenjak ini telah dimulai Tak pernah ku ragu sedikitpun Ingin ku bangun sesuatu Negara yang aman dan tentram Akankah ini sebuah angan? Maret/27/2016 Surabaya 01:03 -So b

Jangan marah, Kekasih

jangan marah Kekasih. kau yang ciptakan aku dan memilihkan nasib serta takdirku. perjumpaan kita sebentar lagi. aku sangat merindukanmu, memelukmu dan bergelandotan menggandeng tangan sucimu. Kekasih akan aku lakukan apa saja asal kau tak marah kepadaku. jangankan menyebrangi samudra, matipun jika mendekatkan kita aku siap menempuhnya. semoga kau masih disini dan mengerti apa yang sekarang aku lakukan. kau bisikkan padaku "Buatlah kopi hitam tanpa gula, waktumu untuk kembali kepadaku bukan saat ini. nikmati kepahitan. aku dekat denganmu. dan suatu saat kita akan berjumpa" aku malu terhadapmu, apa yang harus aku jawab ketika kelak kau bertanya ngapain aja semasa hidupku. Jangan marah Kekasih, aku tak sanggup membayangkan raut wajahmu ketika merengut. itu saja aku tak kuat apalagi kau palingkan dan acuhkan aku. aku menyerah, aku menyerah, aku menyerah atasMu. hati ini milikmu. ya 'alimul ghoib, kau tahu apa yang tersembunyi dari setiap rahasia. aku menyerah atas

-HAHAHA-

Kulihat kau bersolek dari ujung jendela Hahaha Kuhampiri lalu kucubit tangannmu Kau balas senyum sembari memukulku Ingin rasanya kudekap tubuh dinginmu Tapi apa daya Hahaha Sekali lagi ku lihat kau lukis wajahmu Namun kini lukisan sedih Ketika aku bertanya Ada apa sebenarnya Kau jawab… kau telah muak dengan cinta Februari/13/2016 Surabaya 02:00 -Sob